kemarin siang
ditengah sinar mentari menyengat kuat
kutinggalkan gedung di jalan thamrin
segumpal rasa kecewa menyesakkan dada
ku terengah-engah
dan bumi serasa berputar
asma dan vertigo
mengoyak tubuh renta
kemarin siang kutersentak kaget
aku dinyatakan
tak lulus teweka
dan aku tak bisa lagi khotbah serta ceramah di luar domisiliku
ada rasa aneh menerpa diriku
sejak lebih seperempat abad silam
kudeklarasikan
tri wawasan di komunitasku
wawasan kegerejaan, wawasan oikoumenis,wawasan kebangsaan
khotbah dan ceramahku
berpuluh tahun mengangkat isu itu
kuingat ada dua pertanyaan yang kuanggap sulit
dalam teweka:
jelaskan konsep negara menurut ernest renan
coba jelaskan makna tanggal 1 juni dan 22 juni bagi kehidupan warga bangsa
kurasa ku tidak menjawab dengan cerdas pertanyaan itu
kukosongkan kolom jawaban
pada pertanyaan naif dan out of konteks
seperti itu
aku masih berdiri di pinggir jalan thamrin
menunggu ojek
yang belum juga datang
kubertekad akan terus berkhotbah dan berceramah
menebarkan kabar sukacita
menyuarakan amar ma’ruf nahi mungkar
sambil terus menerus bertanya (mbah gogle) :
tentang siapa renan, rumi, plato, socrates atau rendra, chairil anwar
kegagalan pada teweka
memotivasi aku
untuk menelusuri ilmu
selama hari masih siang selama hayat dikandung badan.
Jakarta, 5 Juni 2021/pk 3.00