Batu kerikil di sepanjang rel adalah pemandangan sehari-hari yang selalu saya lihat setiap kali saya pulang pergi naik kereta. Tahukah apa fungsi kerikil pada rel kereta?
Kerikil atau batu kericak dikenal sebagai ballast, yaitu material yang berfungsi pada rel kereta api untuk meredam getaran dan lenturan rel akibat beratnya beban kereta api. Untuk meningkatkan stabilitas rel. Tanpa kerikil-kerikil kecil ini rel bisa menjadi tidak stabil dan membuat kereta terguling.
Petugas Pemeriksa Jalur Rel
Begitu pentingnya kondisi rel demi keselamatan perjalanan kereta api sehingga ada petugas pemeriksa jalur rel atau PPJ yang rutin memeriksa jalur rel. Mulai dari baut, bantalan, kepadatan kerikil, ada batu besar atau benda yang bisa mengganggu dan bikin jalur tidak aman atau tidak.
PPJ melakukan tugasnya dengan berjalan kaki atau berkendaraan di atas rel dari stasiun atau titik yang sudah ditentukan ke stasiun atau titik lain di wilayah kerjanya. Ia memeriksa secara visual dengan membawa peralatan kerja, senter dan bendera merah, kuning, dan lampu handsign sebagai pengaman perjalanan kereta api.
Seorang PPJ memeriksa secara detail kondisi jalur kereta yang dilaluinya, seperti mengencangkan baut-baut rel, mengecek apakah kondisi rel dalam keadaan baik sehingga aman untuk dilewati kereta api. Kedisiplinan dan ketelitian adalah kunci utama seorang PPJ dalam menjalankan tugasnya.
Tak peduli hujan badai atau panas terik, kadang mereka harus masuk ke terowongan yang gelap atau melintasi jembatan kereta api yang beratus meter tingginya dari tanah.
Mereka bekerja 24 jam secara bergantian dengan pekerja lainnya. Selama memeriksa jalur, PPJ diharuskan berjalan kaki termasuk memeriksa jembatan dan rel di terowongan. Tidak tanggung-tanggung, seorang PPJ harus mampu berjalan sejauh 8-12 kilometer dalam kondisi apapun, baik hujan maupun keadaan gelap.
Komponen yang Terlupakan
Kerikil dan petugas pemeriksa jalur rel kereta adalah dua sosok kecil yang jarang kita perhatikan. Kita lebih memperhatikan keretanya yang bagus, AC dan TV-nya yang nyaman, gerbong dengan kursinya yang bersih dan empuk, para penumpang, restorasi dengan makanan yang lezat atau toiletnya. Tetapi, kita lupa bahwa dua komponen kecil itulah yang sangat penting dalam keselamatan perjalanan kita.
Sedemikian pentingnya kerikil-kerikil kecil ini hingga ada kereta khusus buatan Austria, Plasser & Theurer, yang memuat mesin pecok, yang digunakan untuk memecok (atau memadatkan) ballast di bawah rel kereta api agar rel lebih tahan lama dan tetap stabil. Sebelum pemecok mekanik ini diperkenalkan, tugas pemecokan dilakukan oleh para pekerja dengan bantuan alat pemadat
Kecil Namun Penting
Kitab 1 Korintus 12:22-23 menuturkan, “Malahan justru anggota-anggota tubuh yang nampaknya paling lemah, yang paling dibutuhkan. Dan kepada anggota-anggota tubuh yang menurut pemandangan kita kurang terhormat, kita berikan penghormatan khusus. Dan terhadap anggota-anggota kita yang tidak elok, kita berikan perhatian khusus.”
Bergereja dan juga pekerjaan kantor, rumah sakit atau perusahaan juga begitu. Yang kerap jadi pusat perhatian adalah gedungnya, fasilitas, ornamen, para pendeta, majelis, penatua dan aktivis yang keren dan jemaat yang tampak hebat, kaya, bertitel, punya kedudukan dan kuasa. Pokoknya semua yang terlihat menonjol, itulah yang kita anggap penting.
Tetapi kita jarang melirik pada orang-orang kecil. Bahkan mungkin kita menganggap mereka sebagai sosok yang tak punya peran dalam kelangsungan hidup bergereja. Kita menganggap kelompok ini manfaatnya sedikit dan sumbangsihnya kecil sehingga tak terlalu penting untuk diperhatikan dan diurus.
Realita kerikil sebagai ballast yang ikut menjaga stabilitas, kenyamanan dan keselamatan perjalanan kereta api mengingatkan saya pada nasihat Paulus tersebut. Bahwa kita pun perlu menaruh perhatian pada mereka yang tampak lemah dan tidak berarti.
Kecil dan tampak lemah, bukan berarti tidak punya potensi atau peran. Kalimat Paulus sangat jelas: justru anggota-anggota tubuh yang nampaknya paling lemah, yang paling dibutuhkan
Saling Membutuhkan
Semuanya adalah satu kesatuan, meskipun hanya sekadar baut atau kerikil. Rel yang tampak kokoh tak akan mampu menyangga beban berat kereta penuh penumpang bila tidak ada setumpuk kerikil yang mendukungnya. Pendeta, dokter, bisnisman, arsitek atau tokoh sehebat apapun tidak akan mampu melakukan pekerjaannya dengan baik bila tidak ada sosok-sosok kecil yang berdoa, mengingatkan, memberi nasihat, menegur, menguatkan dan mendampingi.
Sebab itu Alkitab selalu mengajar kita agar tidak hanya melihat yang tampak hebat dan besar, tetapi juga memperhatikan yang tampak lemah dan kecil. Bahkan hal ini juga mengajarkan pada kita untuk rendah hati dan tidak ego sentris.
Kita perlu belajar untuk open minded dan melihat bahwa kita pun membutuhkan orang lain; siapa pun mereka. Bahwa keberhasilan kita pun ditunjang oleh peran serta banyak orang. Jangan pernah merasa kuat sendiri, tetapi tetaplah memiliki persekutuan yang erat dengan saudara seiman tanpa memandang tingkat dan kedudukan atau merasa lebih hebat dan sombong. Hanya dengan “persekutuan” yang saling merendahkan diri, penuh kasih dan saling menghargai, maka hidup kita akan dibangun.
Teman saya berkata: “Tetapi kerikil kadang merepotkan Pak, bahkan bikin sakit kalau tajam.” Namun, teman saya yang ahli fondasi bangunan berkata, bahwa untuk fondasi yang kuat justru diperlukan batu pecah, yang tajam (stone crusher) dan bukan bulat (rounded gravel), sehingga terjadi mekanisme saling mengunci dan fondasi makin kokoh.
Jangan sakit hati bila diingatkan, sebab itu untuk kebaikan kita dan keutuhan bersama. “Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga” (Filipi 2:1-4).
“Dissolve your ego, before it dissolves your self,” kata filsuf Maxime Lagace. Kesombongan dan egoisme secara perlahan akan menghancurkan hidup kita. “Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!” (1 Korintus 10:12).
“Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus” (Galatia 6:2)
Tuhan Yesus memberkati.

Antono Pratanu, dr.
- Dokter Spesialis Urologi.
- Penulis dan pemerhati kesehatan, sosial, dan spiritual.