Kepedulian terhadap pentingnya penginjilan melalui sarana budaya di bumi Nusantara menggugah sejumlah aktivis senior mendirikan Lembaga Pekabaran Injil Nusantara (LPIN). Deklarasi LPIN dilakukan oleh para pendiri, yaitu: dr. Merphin Penjaitan, M.Si, Padmono, SK, S.Th, Irmando Manullang, S.E. dan Tri Budi Wibowo, S.E. Salah satu pendiri, Agustus Lukas Widyarso berhalangan hadir. Gedung Toko Buku BPK Gunung Mulia, Jakarta menjadi tempat dan saksi sejarah deklarasi ini.
Menurut Sekretaris LPIN Padmono, pendirian LPIN dilatari oleh keprihatinan atas banyak gereja yang sibuk dengan pelayanan, tetapi berhenti melakukan penginjilan. Pada sisi lain, gereja juga banyak yang meninggalkan akar budaya Indonesia. “Untuk menggalakkan pekabaran Injil, kami merasa perlu pendekatan penginjilan lewat budaya Nusantara, seperti lewat wayang atau sendratari,” ujarnya.
Ketua Umum LPIN Merphin Panjaitan menambahkan bahwa gagasan ini bermula saat ia mengerjakan tesis. Kondisi saat ini menurut Merphin, sangat mendesak untuk menggalakkan kembali penginjilan di Indonesia – yang selama ini mengalami stagnasi atau berjalan di tempat.
Setelah lama diperbincangkan bersama teman-teman yang sama-sama peduli Pekabaran Injil, akhirnya tertarik membuat program budaya lewat sendra tari dan wayang berdasarkan kisah Alkitab.
LPIN berbadan hukum yayasan, berazaskan Pancasila dan berdasarkan Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. “Dalam waktu dekat ada pentas wayang dan lokakarya di Toraja. Selain itu, sudah ada dua agenda besar, pegalaran wayang di Medan dan Jawa Tengah,” tutur jemaat GPIB ini.
Semangat Merphin dan Padmono menggugah Tri Budi yang dipercaya sebagai bendahara LPIN. Sedangkan Irmando tertarik dengan pekabaran injil karena memang merupakan Amanat Agung. “Ini tantangan bagi saya untuk mengabarkan Injil ke seluruh Nusantara. Kami membuka diri untuk setiap dukungan,” ungkap Wakil Sekretaris LPIN ini. (Gie)