Natal senantiasa menjadi momen emosional bagi umat kristiani. Peringatan kelahiran Yesus Kristus, Putra Allah yang menjadi manusia ini secara resmi tercatat 25 Desember, namun sejak awal Desember – ketika Gereja memasuki Minggu Adven – banyak gereja, lembaga pelayanan, dan persekutuan doa sudah melakukan ibadah Natal dengan berbagai alasan. Salah satunya Gereja Tiberias Indonesia (GTI) yang menggelar perayaan Natal secara besar-besaran di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK).
Sejak digelar tahun 2001 silam, tahun ini merupakan perayaan Natal GTI ke-17 yang berlangsung di GBK. Menurut Ketua Humas GTI Pdt. Gideon Simanjuntak, S.H., M.Th., tahun lalu absen karena GBK sedang renovasi untuk penyelenggaran Asian Games ke-18.
Hidup dalam Pertobatan

Suasana Ibadah Natal Gereja Tiberias Indonesia di GBK Jakarta. (Foto: Sugi/INSPIRASI Indonesia)
Sejak siang hari umat mulai berdatangan. Pdt. Gideon menyatakan bahwa perayaan Natal ini diikuti umat dari Jabodetabek dan berbagai daerah lain, seperti Surabaya, Medan, Pekanbaru, MJakassar, dan lain-lain. “Untuk transportasi dari daerah kami menyediakan 10 hingga 20 bus. Sedangkan untuk Jabodetabek ada 50 hingga 60 bus,” katanya.
Perayaan Natal kali ini mengangkat tema “Semua yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa untuk menjadi anak-anak Allah” (Yoh. 1:12). Dimulai dengan kumandang lagu-lagu pujian yang dikumandangkan sepanjang hampir satu jam dengan dipandu oleh pemimpin pujian (worship leader), diikuti oleh para penyanyi (singers) di panggung dan ribuan choir di bangku tribun di belakang panggung.
Sementara itu, hingga pewartaan firman tampak pengunjung masih terus berdatangan memasuki lapangan dan sebagian mengambil tempat di tribun. Diperkirakan lebih dari 100 ribu umat hadir pada perayaan Natal malam itu.
Perayaan Natal tahun ini dipimpin langsung oleh Gembala Sidang Gereja Tiberias Indonesia Pdt. DR. Pariadji dan istrinya, Pdt. Darniaty Pariadji. Dalam pesan Natal secara tertulis, Pdt. Pariadji mengajak umat untuk hidup dalam pertobatan. “Mari hidup dalam pertobatan, suci pikiran, suci perkataan, suci perbuatan. Hidup ini harus dipersiapkan untuk menyambut kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali,” tandasnya.
Sebagaimana tradisi Gereja Tiberias yang mengedepankan perjamuan kudus dan minyak urapan, pada perayaan Natal ini juga disertai perjamuan kudus. Selain itu, pada kesempatan ini juga ditampilkan sejumlah kesaksian, seperti kesembuhan dari jantung bocor, penyakit usus akut, mendapat anak setelah penantian panjang, dan sebagainya.
Paradoks Besar-Besaran
Untuk menggelar perayaan Natal di SU-GBK memang butuh biaya yang tidak kecil. Pdt. Gideon enggan menyebutkan angka. Namun yang pasti menembus 10 digit. Sebagai gambaran, biaya sewa stadion utama sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 38/PMK.05/2018 sebesar Rp 450 juta per 12 jam.
Selain itu, untuk melindungi rumput di stadion, Gideon menjelaskan bahwa seluruh stadion ditutup dengan menggunakan armordeck seperti yang dipakai pada waktu pembukaan dan penutupan Asian Games ke-18, Agustus 2018 silam. Biayanya juga tidak murah.
Sementara untuk pengamanan, panitia mengerahkan 350 anggota keamanan gabungan dari TNI, Polri, dan dibantu pasukan keamanan Gelora Bung Karno. Sedangkan untuk kebersihan, Gideon mengajak serta ratusan JakMania dan PPSU Jakarta Pusat.
Sebagaimana dilansir dalam siaran pers yang juga dibacakan oleh Pdt. Gideon Simanjuntak, yang juga Sekretaris Umum Gereja Tiberias Indonesia, perayaan secara besar-besaran ini merupakan perintah Tuhan. “Pariadji, Aku perintahkan kamu dengan kuasa minyak dan anggur untuk merayakan Natal secara besar-besar di Stadion Gelora Bung Karno,” sebutnya.
Perayaan Natal secara besar-besaran ini seolah paradoks dengan semangat Natal yang identik dengan kesederhanaan dan solidaritas terhadap yang lemah dan tersisihkan. Menanggapi pertanyaan dari media INSPIRASI Indonesia terkait hal ini, Pdt. Gideon Simanjuntak yang juga Sekretaris Umum Gereja Tiberias Indonesia menyatakan sependapat. “Kami sepakat bahwa Natal harus berlangsung dalam kesederhanaan. Tapi yang dimaksud dengan besar-besaran yaitu pemberitaan tentang Yesus,” jawabnya.
Gideon juga menyebutkan ada kesaksian dari hadirin yang mengalami perjumpaan dengan Kristus ketika pulang dari ibadah Natal. “Kami harap semua orang bisa merayakan Natal,” ujarnya.
Lebih dari tiga jam berlalu, perayaan Natal malam itu diakhiri dengan semburan kembang api dari pagar pembatas antara umat dan panggung. Bersamaan dengan itu semburat kembang api warna-warni juga mencuat dari sekeliling atap stadion. Pesta kembang api selama 7 menit itu tampak memberi kegembiraan pengunjung. Untuk semua itu memang ada harga yang harus dibayar.
Bersukacita dan bersyukur atas kelahiran Juru Selamat dunia memang perlu. Perayaan Natal yang disertai dengan perjamuan kudus ini kiranya juga mengingatkan bahwa kita dipanggil bukan hanya untuk percaya, tetapi juga turut menderita bersama Dia. Putera Allah Yang Mahakudus lahir di kandang untuk bersolidaritas dengan umat-Nya yang hina, tersisih dan terpinggirkan. (Gie)