Judul di atas saya sitir dari pandangan Reinhold Niebuhr seorang etikus dan teolog yang memberikan perhatiannya secara khusus kepada isu-isu sosial yang menyangkut kasih dan keadilan, baik dalam kehidupan di dalam maupun di luar gereja. Bagi Niebuhr kasih adalah kemungkinan tertinggi dalam hubungan antar manusia, itulah puncak kesempurnaan manusia sebagai mahluk sosial.
Kasih Bersifat Multiple
Kasih itulah yang membuat manusia menjadi sempurna sebagai manusia. Tanpa kasih, manusia tidak memiliki kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lain. Kasih senantiasa menghasilkan banyak hal bagi pelakunya dan siapa pun yang merasakannya. Seberapa banyak kita membagi dan mempraktikkan kasih, sebanyak itu pulalah (bahkan mungkin lebih) kita akan menerima dan menikmati pengembaliannya. Karena pada kenyataannya kasih senantiasa menghasilkan kasih, dan kasih selalu bersifat ‘multiple’.
Kasih itu bagaikan tanaman yang tumbuh subur dalam suatu tempat. Ketika dipelihara dan dirawat, tanaman itu kian hari kian rimbun. Batang dan daunnya akan semakin banyak, kian hari kian memenuhi seluruh ruang tempatnya bertumbuh. Saat semuanya semakin padat, dan kita tetap menginginkannya untuk terus bertumbuh, kita tidak mempunyai pilihan lain selain mengambil sebagian dari tanaman tersebut dan kemudian menempatkannya pada wadah lain. Hanya dengan cara itulah tanaman yang kita miliki akan terus bertumbuh, sementara sebagian tanaman dalam wadah yang berbeda juga akan menumbuhkan tunas-tunas yang baru. Begitu seterusnya hingga ada banyak tanaman baru dalam banyak wadah.
Cinta Butuh Praktik
Cinta kasih pun demikian. Tidak pernah ada cinta kasih yang bertumbuh tanpa ada kesungguhan untuk mempraktikkannya dalam kehidupan kita. Cinta kasih tanpa praktik cinta hanya akan menghasilkan baris-baris puisi yang indah untuk didengar, tetapi sayang hanya sebatas pemahaman. Cinta kasih hanya akan berarti ketika dipraktikkan dan diterjemahkan kepada sebanyak mungkin orang yang kita jumpai. Saat perkataan kita menjadi perkataan yang penuh cinta kasih, perbuatan kita menjadi perbuatan yang penuh cinta kasih. Pendek kata, orang-orang di sekitar kita menjadi semakin jelas tentang apa dan bagaimana itu kasih dari hidup yang kita jalani. Pilihan hidup demikian akan mendatangkan kebahagiaan, baik bagi kita yang berkomitmen untuk mempraktikkannya maupun bagi mereka yang menerimanya.
Bagi Niebuhr, cintakasih yang dimaksudkan adalah cinta kasih Agape, sebuah model cinta kasih yang paling agung. Cinta kasih yang tidak pernah menuntut dan berpamrih. Cinta kasih yang sepenuhnya hanya ingin memberi dan berbagi. Itulah cinta kasih “sekalipun”: Saya akan tetap saling mengasihi ‘sekalipun’ saya tidak mendapatkan apa-apa; saya akan tetap mengasihi ‘sekalipun’ saya disakiti; saya akan tetap mengasihi sekalipun saya dikecewakan.
Dunia Butuh Cinta
Hal ini menjadi penting karena dunia di sekitar kita sekarang ini kian hari kian kering akan cinta kasih. Agustinuspernah berkata: “What the world needs now is love – sweat love”.
Dengan demikian, tepatlah apa yang ditegaskan oleh Niebuhr bahwa cinta kasih adalah ketentuan yang paling hakiki dalam kehidupan yang kita jalani. Pilihan dan keberanian untuk mencinta secara sungguh membuat hidup kita tidak saja indah, tetapi juga bermakna. Cinta kasih yang demikian akan menjadi kekuatan yang mengubahkan, yang akan membuat dunia menjadi lebih indah. Saat itu, dendam dan permusuhan diubahkan menjadi persahabatan dan persaudaraan. Konflik dan pertikaian diubahkan menjadi kebersamaan dan keintiman dalam semangat: “Aku dan Engkau menjadi Kita”.
Semangat yang di dalamnya tidak ada lagi sekat dan jarak, karena cinta kasih yang tulus senantiasa mau melakukan semua yang baik, semua yang indah, dan semua yang berguna bagi sesama. Setelah itu lihatlah hasilnya dan nikmatilah kebahagiaannya. (Imanuel Kristo)
Sumber : Majalah INSPIRASI INDONESIA