INSPIRASI-ID, Jakarta – Komunitas Dialog Lintas Iman yang terdiri dari Indonesia Conference on Peace and Religion (ICRP) dan sejumlah lembaga laiinya mengadakan silaturahmi yang dikemas dalam tajuk Buka Puasa Bersama, di gedung Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Jemaat Immanuel, Jakarta (17/4). Menariknya, kegiatan yang melibatkan tokoh agama dan aktivis kemanusiaan dan hak asasi manusia (HAM) ini merupakan kali pertama digelar di gedung gereja yang diresmikan pada 24 Agustus 1839 dengan nama Willemskerk ini.
Kegiatan Buka Puasa Bersama ini mendapat apresiasi dari mantan Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saifuddin. “Kita komunitas Lintas Iman tentu bersyukur dan berterima kasih kepada GPIB Imanuel, tidak hanya memfasilitasi, menyediakan tempat sebagai tuan rumah, tapi juga melayani kita dengan sebaik-baiknya. Sajian buka puasa yang beraneka ragam dan acara yang juga sangat bermakna. Kita mendengarkan dari Pdt Ruben, Ustad Nurcholish, Ibu Yuni juga menjelaskan tentang hakekat puasa dari perspektif agama-agama. Ini tradisi yang sangat baik, dihadiri sejumlah pemuka agama, lintas iman. Mudah-mudahan ini Langkah yang bagus untuk tetap menjaga kerukunan antar umat karena kerukunan seperti ini adalah pesan dari semua agama,” tuturnya.
Lebih lanjut, tokoh Interfaith Dialogue Indonesia ini menyoroti tantangan hidup beragama yang kini semakin kompleks. Menurut Lukman, tantangan umat beragama kini adalah kemampuan menyelesaikan dirinya sendiri agar bisa menjalankan pesan utama agama, yaitu memberi kepada orang lain. “Tantangan kita adalah menghadapi yang berbeda itu dianggap sebagai sebuah ancaman. Sering kali kita punya kesan seperti itu. Padahal, ajaran agama sama sekali tidak mengajarkan hal itu. Bahwa keragaman, perbedaan itu memang kehendak Tuhan agar kita bisa saling berinteraksi, saling mengenali, saling mengisi, saling melengkapi, saling membangun kooperasi dan bersinergi,” ujarnya.
Dalam pandangan Lukman, inti dari ajaran agama adalah kemampuan untuk memberi kepada sesama pemeluk ajaran agama. “Inti pokok atau pesan utama agama itu adalah bagaimana agar umatnya bisa memberi kepada yang lain, kepada sesamanya. Agama hadir untuk memanusiakan manusia, untuk menebarkan rahmat kepada alam semesta, untuk menebarkan kasih sayang dan kedamaian,” ujar.
Menjadi Gereja yang Terbuka

Ketua Majelis Jemaat (KMJ) Immanuel Pdt. Abraham Ruben Persang, M.Th. menyebukan, kegiatan ini bertepatan dengan Tahun Germasa yang dicanangkan oleh GPIB. “Tahun ini GPIB mencanangkan Tahun Germasa. Artinya membangun jejaring sosial dan juga dengan komunitas agama, terlebih ketika tahun depan nanti menyambut tahun politik. Jadi, kita membangun kebersamaan untuk Indonesia yang lebih baik, yang damai dan rukun,” ujarnya.
Menurut Pdt Ruben, ketika ICRP menyampaikan kerinduannya untuk kegiatan buka puasa Bersama, langsung disambut erlebih sesuai dengan amanat persidangan sinode. “Kita juga mau GPIB menjadi gereja yang terbuka. Apalagi GPIB ada di 26 provinsi. Paling tidak, GPIB bisa jadi contoh gereja yang terbuka untuk semua komunitas dan memang sudah hakikatnya Indonesia itu beragam. Itulah keindahan kita. Semoga dengan acara ini bisa menjadi berkat dan rahmat bagi kebersamaan kita.,” ungkapnya
Sementara itu, Pdt. Manuel Raintung, M. Th, mewakili Majelis Sinode GPIB, dalam sambutannya menekankan pentingnya prinsip persaudaraan sejati yang mesti dibangun antar umat lintas iman di Indonesia. Mantan Ketua PGIW DKI Jakarta ini juga berharap melalui corong media, kegiatan sore ini dapat mengedukasi masyarakat tentang komunikasi antar umat beragama yang terus dipelihara. “Mungkin acara hari ini sederhana, tetapi sangat penting dan berarti bagi kita semua,” tandasnya.
Acara ini juga diisi dengan musik pujian oleh Yeremia dan Yosua dengan iringan orgel, pembacaan puisi oleh dan sharing tentang puasa dari perspektif Islam, Kristen, dan hak asasi manusia (HAM), serta tarian Sufi.
Aneka sajian menu buka puasa: air mineral, takjil kurma, kolak, biji salak, es buah, singkong keju, ketan, klapertaart menjadi pembatal puasa sebelum menyantap menu uama. Ada nasi kebuli, nasi ayam suwir dan ikan cakalang khas Minahasa, dan lain-lain. Menu makanan itu mencerminkan keindahan Indonesia yang beragan dan perlu dijaga dan dilestarikan. (Gie)