Saat ada undangan bicara di Newcastle, Inggris, saya menyempatkan meninjau sekolah dan kampus ‘under British’. Di sebuah sekolah dasar, saya dibuat kagum dengan bangunannya yang begitu kuno tapi masih terawat dengan baik. Batu bata yang dibiarkan tidak diplester justru menunjukkan keanggunannya. Namun, saat masuk ke dalamnya, saya dibuat terbelalak dengan isinya yang begitu modern. Kontras sekali dengan tampak luarnya. Ciri khas masyarakat Barat yang begitu ingin melestarikan keagungan masa lalu agar tidak tergerus zaman, seperti sebuah mal di Melbourne yang di luarnya tampak begitu kuno (baca: klasik) dibandingkan dalamnya yang sudah sangat modern.
Di dalam kepala kita ternyata juga ada dua hal yang tampaknya bertentangan satu sama lain. Otak kiri dan otak kanan. Dari informasi yang pernah saya baca, katanya otak Albert Einstein tidak berbeda dengan otak kebanyakan orang. Yang membedakan adalah jumlah syaraf yang menghubungkan otak kiri dan otak kanan. Jumlahnya jauh melebihi orang ‘normal’ lainnya.
Pertanyaan yang sering muncul ke permukaan, apakah otak pria dan wanita berbeda dan apakah kita bisa melakukan olah otak sehingga otak kita berkembang (bukan membesar secara kuantitas, tetapi kualitas) secara maksimal?
Beda Otak Pria dan Wanita
Itulah judul seminar yang saya pimpin. Di toko buku —demikian juga di perpustakaan pribadi saya, tema itu begitu melimpah. Salah satu buku ‘primbon’-nya adalah Men Are from Mars, Women Are from Venus karya John Grey. Di antara belasan buku yang saya miliki tentang perbedaan pria dan wanita, saya justru mendapatkan perbedaan pria-wanita yang simpel namun menggelitik dari WAG.
Ternyata wanita itu pemikirannya berubah-ubah:
- Usia 20, mereka ingin pria tampan.
- Usia 25, mereka ingin pria matang.
- Usia 30, mereka ingin pria sukses.
- Usia 40, mereka ingin pria mapan.
- Usia 50, mereka ingin pria setia.
Pria punya pemikiran yang sederhana dan nggak berubah-ubah:
- Usia 20, ingin gadis muda yang cantik.
- Usia 25, ingin gadis muda yang cantik.
- Usia 30, ingin gadis muda yang cantik.
- Usia 40, ingin gadis muda yang cantik.
- Usia 50, mereka masih tetap ingin gadis muda yang cantik.
Pertanyaan kritisnya, otak mana yang lebih berkembang? Wanita yang berubah-ubah sesuai dengan usia atau pria yang konsisten? Wkwkwk.
Adu Cerdas Otak Pria dan Wanita
Seorang nyonya, dengan tentengan belanjaan, mendatangi kasir. Dia membuka tas, untuk mengambil dompet. Si Mbak kasir melihat ada remote control tv di dalam tas si nyonya. Heran melihat itu, si Mbak kasir kepo, “Ibu selalu bawa remote tv ke mana-mana?”
Nyonya itu menjawab, “Sebenarnya enggak. Cuma tadi suami saya menolak nganterin belanja. Ya sudah, saya bawa aja remote tv-nya.”
Moral cerita: Selalu temani istri menjalankan hobinya.
Kisah pun berlanjut.
Si Mbak kasir, dengan penuh penyesalan mengatakan, transaksi tidak bisa dilakukan.
“Kenapa?” tanya si Nyonya.
“Suami Anda sudah memblokir kartu kredit Anda….”
Moral cerita: hormatilah hobi suamimu.
Kisah berlanjut lagi.
Si Nyonya mengeluarkan kartu kredit suaminya. Dan syukurlah… menurut si Mbak kasir, kartunya nggak diblokir.
Moral cerita: Jangan pandang rendah kecerdikan istrimu
Cerita masih berlanjut.
Setelah kartu digesek, di layar mesin muncul pesan: Masukkan kode akses yang dikirim ke HP Anda.
Moral cerita: ketika laki-laki selalu kalah, mesin selalu siap membantu
Cerita masih berlanjut.
Nyonya itu tersenyum, mengambil sebuah smartphone dari dalam tasnya. Tentu saja HP suaminya. Dia membacakan kode akses yang masuk ke HP itu. Dia membawa HP suaminya supaya nggak reseh… menelepon hanya untuk mencari remote control.
Singkat cerita, dia pulang dengan segerobak belanjaan. Dengan bahagia.
Moral cerita: jangan anggap enteng istri yang keselnya sudah sampai ke ubun-ubun
Masih ada lanjutan ceritanya.
Begitu si Nyonya sampai rumah, ternyata rumah sepi. Kosong. Gerbang dikunci. Tapi di gerbang ada tulisan. “Remote control tv hilang. Aku sama anak-anak cari tempat nobar. Kalau ada apa-apa, telpon aku ya sayang.”
Dan si Nyonya nggak bisa masuk rumah. Mau telpon suami nggak bisa karena hp suami dia bawa.
Moral cerita: kalau sudah urusan bola para istri mending ngalah deh… daripada-daripada. Wkwkwk.
Saya percaya, Anda yang membaca kisah yang dikirimkan kepada saya pasti tertawa. Paling tidak nyengir. Mengapa? Karena kisahnya sangat down to earth. Siapa yang tidak pernah mengalami kasus sejenis. Di rumah remote control sering jadi rebutan.
Sang ayah ingin nonton bola.
Sang istri ingin melihat sinetron.
Sang anak besar film thriller.
Sang anak kecil film kartun.
Moral cerita: perbanyak perangkat TV dan bukan remotenya.
Pertanyaan kritisnya, apakah pria selalu memang melawan wanita dalam hal aduk cerdas? Jelas tidak! Kecerdasan plus pengalaman menghadapi orang cerdas justru yang bakal menjadi kampiun. Saya diminta mendoakan anak-anak jemaat yang mau berangkat untuk lomba matematika tingkat internasional. Ternyata yang menang adalah siswa pria dan wanita. Sama saja.
Alkitab memberikan jawaban yang lebih menohok: “Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah” (1Kor 1:27-29).
Sama-sama Berkembang
Di dalam berbagai kesempatan, saya senantiasa menekankan bahwa menurut teori pria lebih memakai otak kirinya sedangkan wanita otak kanannya, kalau kemampuan itu disinergikan, hasilnya pasti luar biasa. Seperti halnya otot, otak pun bisa dilatih dan dikembangkan. Orang yang suka membaca biasanya tidak mudah pensiun. Artinya, orang itu terus-menerus memakai otaknya.
Saya bahkan pernah membaca bahwa jemari kita bisa begitu lancar mengetik di atas keyboard laptop maupun mengiringi lagu di atas tuts piano karena otot-otot di jari kita sudah belajar sehingga memori otot pun terbentuk. Oleh sebab itu, jangan pernah berhenti belajar atau kita akan berhenti berkembang.***