A thousand men may build a city, but it takes a mother to make a home.
Desember – bagi kita di Indonesia – mengingatkan dua momen penting: Hari Ibu dan Natal. Sebenarnya Hari Ibu di Indonesia lebih bersifat politis. Namun demikian, bicara Natal tidak lepas dari keberadaan seorang ibu.
Peristiwa Natal di atas langit Betlehem tidak berdiri sendiri. Natal memberikan pesan tentang kelahiran. Sebagai peristiwa biologis, Natal mengingatkan peran penting seorang ibu. Berkaitan dengan hal ini, kita perlu memiliki pola pikir dan sikap hidup yang mengagungkan eksistensi seorang Ibu. Selain itu, Natal sekaligus merupakan peristiwa sosial budaya dengan pesan transenden keilahian.
Natal adalah konstruksi teologis keilahian yang ditunjukkan dan dimediasi oleh manusia. Kelahiran bukanlah peristiwa biologis semata. Tetapi merupakan pesan Tuhan pada manusia, bahwa “fungsi ketuhanan” seorang ibu tengah diembannya. Ibu menjadi episentrum kemanusiaan kita. Sebab kelahiran yang tak hanya peristiwa biologis semata, memberikan kesadaran pada kita, jika proses keberlangsungan kehidupan akan terus ada.
Makna & Peran Ibu
Peristiwa kelahiran secara absolut, sangat bergantung terhadap posisi dan fungsi seorang Ibu. Ibu adalah konstruksi budaya yang sejatinya menjalankan peran ke-perempuan-nya. Kehangatan sebuah rumah sangat bergantung kepada peran seorang Ibu. Seperti dinyatakan dalam ungkapan di atas, “Seribu laki-laki bisa membangun sebuah kota, tetapi dibutuhkan seorang ibu untuk membangun suasana rumah.” Dalam hal inilah seorang ibu juga mengemban misi ketuhanan yang dijalankannya dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.
Nilai dan substansi perayaan Natal adalah tentang pengharapan di tengah kesulitan, penderitaan, terlebih di masa pandemi Covid-19 ini. Optimisme. Seberkas terang di tengah kegelapan. Sebuah peran transenden keilahian di tengah dunia yang penuh masalah.
Makna sosio-teologis dari Natal sebagai penciptaan, keberlanjutan, optimisme dan segala sesuatu tentang Ibu patut kita implementasikan dalam kehidupan sehari-hari di tengah keluarga dan masyarakat. Kekuatan cinta seorang ibu mampu menguatkan semangat yang patah dan menegakkan buluh yang terkulai dalam kehidupan anak-anaknya. (Gie)
Sumber: Majalah INSPIRASI