Penulis ibarat seorang koki yang meramu dan buku ibarat makanan yang siap dinikmati. Tetapi jika diperhadapkan Kitab Pengkhotbah 12:12 “Membuat banyak buku tak akan ada akhirnya, dan banyak belajar melelahkan badan.” “Benarkah semua sia-sia? Tidak. Esensi Pengkhotbah adalah makna hidup yang harus diperjuangkan,” kata Pdt. Ferry Nahusonna dari GPM sebagai pelayan firman dalam peluncuran buku Dari Taman Eden sampai Segala Ciptaan: Punjung Tulis Seputar Iman, Kitab Suci, dan Spiritualiatas karya Nicolaas Pentury di BPK Gunung Mulia Jakarta (2/3).
Ibarat berjalan-jalan, buku ini membawa kita ke suatu tempat yang tidak asing bagi banyak di antara kita: Taman Eden. Melihat berbagai hal di “taman” ini, para pengunjung – yaitu para pembaca – seperti dibawa berkeliling dan sampai di bagian paling ujung: “segala ciptaan”.
Disajikan dengan gaya ilmiah popular, buku ini mengangkat topik sehari-hari yang bisa menjadi ruang dialog, seperti: Alkitab; Yahwe, Tuhan yang Benar; Hari Sabat; Baptisan; Persepuluhan, dan sebagainya. “Buku ini memberi kontribusi penting bagi warga Gereja di Indonesia untuk makin menghayati narasi yang tersaji dalam Alkitab dan mengimplementasikannya secara kontekstual dalam kehidupan konkret,” kata Pdt. Em. Weinata Sairin. Teolog dan Ketua Lembaga Alkitab Indonesia (2013-2017) ini menambahkan bahwa penulisan buku ini merupakan upaya bersama sebagai warga gereja dalam gerakan literasi nasional. Direktur BPK Gunung Mulia Meyritha Maryanie dalam sambutannya mengatakan, “Buku ini bisa jadi pegangan bahwa Alkitab itu manual orang Kristen.” Sementara, Dirjen Bimas Kristen Prof. Dr. Thomas Pentury yang juga kemenakan penulis menyatakan akan membagikan buku ini ke lembaga-lembaga perguruan tinggi keagamaan sebagai referensi. “Buku ini awalnya dibuat untuk keluarga supaya tahu bahwa hidup ini harus bermakna. Semoga buku ini menginspirasi umat di Indonesia,” harap Michael Pentury. (Gie)