Deskripsi Buku
Judul : An Imaginative Glimpse
Subjudul: Trinitas dan Agama-Agama
Penulis : Joas Adiprasetya
Penerbit : BPK Gunung Mulia
Tebal : xii + 275 hlm
Ukuran : 14,5 x 23 cm
ISBN : 978-602-231-482-0
Melalui tulisan dalam An Imaginative Glimpse ini Joas Adiprasetya mengajak kita untuk memikirkan tugas teologi Kristen dalam menyikapi pertanyaan seputar teologi agama-agama yang dewasa ini makin berkembang dengan kompleksitasnya. Dewasa ini Teologi Kristen sudah tidak dapat lagi menghindari tantangan yang ditawarkan pluralitas agama kepada sapek-aspek kunci dari suatu pemahaman diri. Maka kekristenan perlu sedia membuka pemahaman diri, dengan memberi tempat luas untuk berteologi secara kreatif.
Secara khusus Joas ingin mengembangkan relasi tradisi Kristen melalui ajaran Trinitasnya – yang dipercaya sebagai bagian ajaran Kristen yang cukup rumit namun juga paling produktif, sebagai alat kreatif dalam berurusan fakta pluralitas agama/teologi agama-agama. Dengan upaya Joas menguak relasi yang sangat luas dan kompleks ini Amos Yong (Profesor of Theology and Mission Fuller Theological Seminary) menyatakan empatinya bahwa kini orang Indonesia makin bisa hadir dengan intens untuk berkontribusi dalam percakapan tentang teologi agama-agama.
Konstruksi Imajinatif
Melalui penelitian disertasinya, Joas melakukan konstruksi imajinatif dari sebuah teologi agama-agama perspektif perichoresis (perikoresis), yang melaluinya kita akan bisa menghargai keanekaragaman agama-agama sesuai dengan keyakinan agama-agama masing-masing (apa adanya mereka, tanpa interpretasi atau asumsi dari pihak-pihak lain), dan dalam relasi itu kita tetap berpegang teguh pada iman Kristen yang berakar pada Trinitas.
Joas berusaha menjelajahi semua tradisi agama-agama yang ada, masing-masing dengan cara yang unik dan berbeda, dalam hubungannya dengan perikoresis Trinitas yang juga multidimensional. Dalam eksplorasinya itu Joas berhubungan dan berdialog intensif dengan Raymundo Panikkar, Cavin D’Costa, dan Mark Heim, tiga teolog pakar dalam bidang teologi agama-agama. Dan hebatnya, Joas tampak berusaha keras untuk memperluas percakapan itu ke sebuah titik yang belum pernah mereka jangkau.
Joas menawarkan suatu dasar fundamental untuk keterlibatan tersebut, yakni pemahaman Trinitarian yang Perikerosis –dan ia mengekplorasinya secara imajinatif, bagaimana doktrin klasik Kristen ini dapat menyediakan sebuah sumber daya berharga, ketika komunitas Kristen ini berusaha keras untuk berpartisipasi dan berkontribusi ke dunia yang kompleks secara religius di manapun mereka berada.
Teologi Kontekstual
Menyimak tulisan ini, Joas menuntun kita serta melakukan trigger dalam upaya berteologi kontekstual di bumi Indonesia ini. Kekristenan dan agama-agama bisa menjalin hubungan yang lebih mendasar, bukan hanya bertolak dari hubungan periferisnya, namun juga saling menghargai dan mendengar dari sisi konten agama-agama tersebut.
Jadi, tepatlah jika Joas melakukan pendekatan “teologi agama-agama Trinitarian, yang menggabungkan dua perkembangan penting abad ke-20 ini, yakni disiplin teologi agama-agama dan kebangkitan dari doktrin Trinitas, sehingga gereja-gereja bisa mengembangkan cakrawala penghayatan Trinitasnya dengan tanpa merasa kehilangan maknanya, bahkan menyuburkan benih persaudaraan lintas iman di bumi Indonesia yang pluralis ini.
Upaya terobosan Joas patut kita sambut untuk memacu progres gereja-gereja dan kekristenan memberi warna jelas dalam perjalanan berteologi kita bersama dengan agama-agama lain. Dan, persaudaraan yang mendalam akan bisa kita hayati bersama dengan keterbukaan masing-masing untuk “saling merengkuh”. (Adi Pidekso)
Sumber: Majalah INSPIRASI Indonesia