Kerja keras para pengajar atau dosen di masa pandemi patut diapresiasi. Di tengah pembatasan sosial akibat covid-19, Univesitas Krisnten Indonesia tetap mengajar ilmu pengetahuan. Dosen dituntut untuk berkreatifitas dalam proses pengajaran secara teori maupun praktek.
Di masa pandemi Covid-19, UKI tetap aktif dan partisipatif dalam melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat sebagai perwujudan salah satu dari Tiga Dharma Perguruan Tinggi. Dengan melibatkan berbagai mahasiswa maupun dosen dari berbagai perguruan tinggoi, Prodi Pendidikan Kimia menggelar workshop yang diselenggarakan secara virtual.
Hadir sebagai pemibcara utama Julinton Sianturi, Ph.D., dari Institut Max Planck nyang merupakan organisasi nirlaba berbasis penelitian di Jerman. Dan Leoni Sanga Lamsari Purba, M.Pd., dosen Prodi Kimia FKIP-UKI. Elfrida Sormin, S.Si., M.Pd,. CIQaR sekalu Kabid Pengabdian Masyarakat LPPM UKI dalam pembukaanya menyambut baik workshop virtual. Menurutnya, pengabdian kepada masyarakat merupakan kegiatan sivitas akademia dalam mengamalkan dan membudayakan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
“Dengan menghadrikan Julianto sebagai pembicara dari Jerman, ini menjadi bukti bahwa UKI menjalin kerjasama dengan lembaga atau institusi lain baik dalam dan luar negeri melalui berbagai program. Demikian juga di masa pandemi, UKI tetap melalukan pengabdian kepada masyarakat dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.”
Julinton juga mengakui kesulitan dalam pelaksanaan tugas penelitiannya di Institut Max Planck. Ia menjelaskan, bahwa setiap orang yang hendak melakukan penelitian bersama-sama di laboratorium, harus benar-benar sehat. Protokol kesehatan dan menjaga jarak juga tetap dilakukan. Diakuinya, kondisi saat ini memang sangat menyulitkan untuk melakukan penelitian atau pembelajaran di laboratorium.
“Saya sangat mengerti apabila teman-teman di Indonesia sangat kesulitan untuk melakukan proses belajar dan penelitian di labortatorium. Pengalaman saya sebagai mahasiswa di Universitas Negeri Sumatera Utara, dan Universitas Padjajaran Bandung, membuat saya semakin kuat untuk keluar negeri untuk melanjutkan studi,” ujar peraih doktor dari Osaka University ini.
Fasilitas laboratorium memang menjadi masalah besar bagi pendidikan di Indonesia. Hanya sedikit saja perguruan tinggi yang memilikinya fasilitas yang standar. Mennrutnya, dengan keterbatasan yang ada, kumpulkan jaringan untuk membentuk kesatuan. Dengan demikian keterbatasan fasilitas, dapat dimanfaatkan secara bersama. “Awalnya, tidak ada yang menyangka saya akan dapat melanjutkan pendidikan ke Jepang hingga akhirnya saya di Jerman. Ini saya perjuangkan karena saya merasa bahwa keterbatasan tidak harus menjadi penghalang untuk kita dapat melanjutkan pendidikan.”
Leoni Sanga Lamsari Purba sependapat dengan Julinton. Dalam paparannya yang berjudul ‘Strategi Pemanfaatan dan Pengembangan Aplikasi Virtual Lab sebagai Media Pembelajaran pada Masa Pandemi Covid 19’. Dijelaskan bahwa, metode pembelajaran di perguruan tinggi pada semua zona wajib dilaksanakan secara daring untuk mata kuliah teori. Juga untuk mata kuliah praktek sedapat mungkin tetat dilakukan secara daring. Kegiatan di lingkungan kampus hanya dapat dilakukan jika memenuhi protokol kesehatan atas izin terkait.
“Laboratorium Virtual (Virtual Lab) menupakan inovasi dalam mendukung pelaksanaan penelitian dengan teknik simulasi perangkat lunak yang memudahkan peserta didik untuk berinteraksi dengan elemen mesin, alat dan bahan laboratorium. Ada beberapa aplikasi Virtual Lab yang tersedia saat ini, sebut saja CHEM COLLECTIVE, VLab, PHET dan masih banyak aplikasi lainnya.”
Leoni menjabarkan kelebihan pemenfaatan Virtual Lab. Dari segi biaya, Virtual Lab lebih murah karena hanya mengandalakan komputer atau laptop yang terkoneksi internet. Ketersediaanya tidak terbatas ruang dan waktu. Untuk eksperimen, menyediakan opsi yang lebih luas dan aman. Namun, dibandingkan dengan laboratorium fisik, pengalaman para pengguna menyimpulkan Virtual Lab terbaik kedua karena kurangnya pengalaman secara nyata secara riil di laboratorium.
Kesimpulan yang dipaparkan oleh Leoni, Virtual Lab dan implementasinya dapat dimanfaatkan bukan hanya di masa pandemi saja, tapi juga dapat digunakan di masa mendatang tanpa ada batas ruang dan waktu. Sekitar 200 peserta workshop yang turut berpartisipas mendapatkan E-Setifikat.