Dampak Covid-19 khususnya setelah diberlakukannya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) bagi individu sangat beragam. Ada yang sangat terdampak karena penghasilan mereka harian. Ada yang cukup terdampak karena tidak punya tabungan cukup ketika penghasilan berkurang. Ada yang sedikit terdampak karena penghasilan bulanan dan tabungan masih mencukupi. Tetapi, semuanya pasti terdampak, karena ini kejadian yang tak terduga yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Lalu, kalau dampak ekonomi sudah diluar kendali kita, bagaimana dampak non ekonomi dari PSBB ini terhadap masing masing individu? Ini juga amat beragam. Bagi yang menyikapi secara positif, tentu dampaknya besar terhadap peningkatan non-ekonomi mereka. Sebaliknya, bagi yang sudah kalah, akan berdampak negatif yang berakibat mereka semakin galau.
Saya tak hendak membahas yang negatif dan galau, biarlah mereka berjuang dengan dirinya sendiri. Tapi justru saatnya saya mau berbagi kepada orang yang positif, yang mempersiapkan diri nanti setelah PSBB ini menjadi manusia dengan talenta baru dan semangat baru seperti mobil yang selesai di-overhaul di bengkel.
PSBB membuat kita banyak waktu. Waktu untuk belajar, bekerja, beribadah, dan bermain bersama keluarga. Ini kesempatan langka. Kesempatan yang mungkin tidak datang kedua kali di umur kita. Itu sebabnya, kita harus menggunakannya secara baik agar kesempatan ini tidak hilang begitu saja.
ERA BARU
Produktif Before Covid-19 (BC) sangat berbeda dengan produktif era DC (During Covid-19) apalagi pada zaman AC (After Covid-19). Pada zaman AC, maka teknologi sudah menjadi tools dan kebutuhan yang wajib, seperti daya listrik sekarang ini. Tanpa tools digital kita akan ketinggalan dan menjadi manusia kuno. Akibatnya biaya hidup jadi mahal.
Dunia AC menyajikan 5 karakteriktik yang tidak mungkin bisa dilawan oleh siapa pun, karena dalam era DC itu sudah menjadi kebutuhan pokok, sebuah keniscayaan.
Pertama, Digital Collaboration.
Kebutuhan orang untuk terhubung dengan orang lain dengan fasilitas ZOOM atau TEAMS dengan mudah dan terus menerus menjadi makan siang. Artinya, kenyamanan yang sudah dinikmati bisa berkolaborasi lintas daerah dan lintas waktu akan semakin menjadi. Itu sebabnya kenaikan akun Instagram atau Facebook meningkat pesat seiring dengan kenaikan akun ZOOM misalnya. Ini menjadi kebutuhan pokok baru. Manusia baru dengan cara bersosialisasi baru lewat daring (online).
Kedua, Digital Presence.
Bagi seluruh industri yang mau survive di era AC kehadiran mereka secara nyata di daring adalah seperti mati hidup. Artinya, online bukan hanya salah satu dari omni channel, tapi sudah harus menjadi primus inter pares, artinya yang terpenting di antara yang penting. Pelanggan sudah terbiasa berbelanja lewat daring, melakukan aktivitas lewat daring. Jadi, kalau ada perusahaan yang alpa dalam hal ini, ia akan tenggelam oleh digitalisasi.
Ketiga, Digital Engagement.
Keintiman dengan seluruh pemangku kepentingan khususnya pemasok dan pelanggan menjadi kritikal. Pelanggan sudah terbiasa bisa melacak kapan barangnya di produksi, kapan barangnya dikemas, kapan siap dikirim, kapan perkiraan diterima. Ketika pelanggan tidak mendapat lacakan seperti ini, perusahaan atau organisasi Anda akan ditinggal.
Keempat, Digital Learning and Development.
Pelatihan daring akan semakin diminati. Membaca dari buku cetak akan semakin ditinggalkan. Belajar lewat kelas dengan bermacet ria menuju ke tempat pelatihan akan semakin dihindari. Program pengambangan lewat satu lembaga akan semakin kuno ketika karyawan bisa mengembangkan diri dari berbagai lembaga terbaik di dunia dengan biaya yang jauh lebih murah secara daring.
Kelima, Digital Backbone.
Akibatnya infrastruktur penunjang akan menjadi pusat pengucuran anggaran bagi organisasi swasta maupun pemerintah karena menyadari ketika DC ini banyak dari antara mereka yang ‘lumpuh’ karena tidak menyiapkan diri dengan baik.
Bayangkan saja, ketika diberlakukan PSBB di sekolah, banyak sekolah termasuk kementrian yang bingung mesti bagaimana. Belajar dari rumah tanpa adanya infrastruktur yang memadai adalah kemubaziran.
Ini yang membuat banyak organisasi termasuk orangtua menjadi kalang kabut. Yang mengandalkan wifi dari telepon genggamnya akan dipaksa untuk membuka jalur baru untuk berlangganan internet di rumah. Tujuannya agar membuat anak-anak bisa belajar dan seluruh anngota keluarga bisa produktif karena terkoneksi dengan dunia luar secara kontinyu 24×7.
Kelima kondisi pada era AC ini membuat produktivitas semua kalangan, atas bawah, swasta pemerintah, organisasi berbasis laba dan nirlaba, harus menyikapi dengan serius karena dunia tidak akan kembali ke era BC.
LANGKAH ANTISIPASI
Lalu, sebagai individu apa yang harus kita lakukan agar tetap selaras dengan perkembangan zaman?
Ada 3 hal yang harus segera diantisipasi. Kalau belum, segera dikejar sehingga kita bisa langsung hidup di zaman baru ini.
Pertama, UPDATE YOUR SKILL. Ini langkah pertama dan utama. Harus segera di-update seluruh kompetensi dan ketrampilan yang kita kuasai agar kita bisa lari ketika masa itu tiba, the first man running. Anda harus menguasai digitalisasi di pekerjaan Anda, kemampuan melakukan analisa data, prediksi perilaku pelanggan menjadi amat penting bukan hanya tahu apa yang pelanggan beli misalnya.
Kedua, UPGRADE your TOOLS. Perlengkapan untuk mendukung profesi Anda harus di-upgrade agar bisa membantu pekerjaan Anda.
Mulai dari telepon genggam, laptop, peralatan wifi di rumah, smart TV yang bisa terkoneksi dengan jaringan wifi. Ini menjadi basic tools di new era. Ini perlu investasi, itu sebabnya pengalokasian dana menjadi amat penting. Tinggalkan dulu soal baju baru atau jalan-jalan, tapi penuhi Anda dan rumah Anda dengan perlengkapan baru untuk hidup di zaman baru.
Ketiga, UPLIFT your PASSION. Semangat kerja harus ditingkatkan untuk tidak mau kalah dalam bersaing di zaman baru ini. Jangan mudah menyerah karena Anda merasa sudah terlalu tua untuk mempelajari hal baru. Jangan mudah mengalah untuk memraktikkan ilmu baru karena itu sudah menjadi standar baru. Harus berani berubah, mengganti haluan dan bahkan memulai dari awal kalau itu memang diperlukan.
Kalau sudah begitu, rasanya dengan mudah Anda akan berkata: “Selamat datang era baru” dan selamat datang saya yang menjadi manusia baru. Semoga.
Sumber: Majalah INSPIRASI Indonesia