Io Resto a Casa
(Mauro Goia & Mega Sihombing)
Io resto a casa, io resto a casa, io resto a casa
Per te che sei mia figlia che verrà
Per te, piccolo mio, che non sa
Per te che spero non ti ammalerai
E per te che sai, la vita ti darei
Per te che sei mia nonna un po’ bambina
Per te che sei mio nonno in carrozzina
E per te che non sai più che cosa fare
In questo mondo che adesso è un po’ irreale
……
#iorestoacasa
TINGGAL DI RUMAH
Tinggal di rumah, tinggallah di rumah, tinggal di rumah,
Untuk si mungil di kandungan bunda
untuk anak kecil yang tak berdosa,
untuk teman yang baik2 saja
dan untukmu yang sedang terbaring sakit
Untukmu eyang putri eyang kakung
untukmu yang dirawat anak cucu
dan untukmu yang sedih dan rasa kalut
kau tak sendiri dan jangan takut
……
#tinggaldirumah

Itulah cuplikan lirik lagi “Io Resto a Casa” atau “Tinggal di Rumah” dalam versi Indonesia yang dikirimkan oleh Mega Sihombing kepada INSPIRASI medio Maret 2020. Versi lengkapnya dapat disaksikan di saluran Youtube MegaMauro MusicDuo: https://youtu.be/5KKA01MQ94c
Lagu karya Mauro Goia, suami Mega, ini diharapkan dapat menjadi kampanye kepedulian untuk mencegah penyebaran Covid-19. “Puji Tuhan lagu ini telah menyentuh hati banyak orang dan telah disiarkan oleh beberapa stasiun televisi nasional sebagai campaign song tentang pencegahan penyebaran Covid-19,” tutur Mega.
Pasangan musisi Indonesia-Italia ini bertemu 16 tahun silam dalam suatu festival musik. Mereka membentuk MegaMauro MusicDuo dan pernah mengikuti ajang pencarian bakat “Rising Star Indonesia” 2015. Mereka juga pernah berbagi kesaksian di program “Ketika Tangan Tuhan Merenda”, kerja sama RPK 96,3 fm dengan majalah INSPIRASI, pada 16 April 2017. Mega & Mauro kini tinggal di Kota Pinerolo, provinsi Torino, Italia. Mega menuturkan kehidupan mereka dan latar belakang penciptaan lagu ini.
Prihatin

Lagu ini kami ciptakan berangkat dari rasa keprihatinan yang mendalam atas bencana Covid-19 yang melanda dunia, khususnya Italia negara tempat kami bermukim saat ini. Tadinya lagu itu hanya dalam bahasa Italia “Io Resto a Casa”. Namun, sehari setelah lagu itu di muat di media lokal, kota Pinerolo tempat tinggal kami saat ini, dalam waktu yang sama kami mendengar bahwa Covid-19 ini telah menyebar sampai ke Indonesia. Kami segera membuat versi Indonesia dengan judul “Tinggal di Rumah”.
Kami ingin menyampaikan pesan secara persuasif melalui lagu ini supaya masyarakat Indonesia menyadari bahaya virus ini. Teks lagu kami upayakan se-simple mungkin tanpa menghilangkan sisi artistik lagu. Apa yang dialami oleh negara Italia telah menjadi pengalaman buruk yang sedapat mungkin kami harapkan tidak terjadi di Indonesia.
Proses pembuatan lagu ini hanya dalam satu hari. Malam sebelumnya suami saya bilang tidak bisa tidur. Ia sudah menciptakan melodi lagu dalam pikirannya. Pagi harinya begitu terbangun ia segera menulis lagu itu.
Pergumulan Batin
Lagu itu merupakan pergumulan batin kami juga. Kami tidak menyangka akan begitu cepatnya Covid-19 menyebar di Italia. Dalam waktu satu bulan, telah memakan korban jiwa ribuan orang dan yang positif terinfeksi puluhan ribu orang. Saat saya menuliskan ini, warga yang positif Covid-19 sudah melampaui angka lima puluh ribu. Hal yang menggusarkan adalah masih ditemukannya orang-orang yang tidak disiplin. Keluar rumah tanpa alasan penting.
Di kota tempat tinggal kami, Pinerolo, orang yang terinfeksi sangat rendah jumlahnya. Penduduk kota ini termasuk disiplin. Walau jumlah tertular tergolong rendah, kami tetap menurut untuk tinggal di rumah. Kami hanya keluar belanja bahan makanan dengan membawa surat izin yang kami download dari website pemerintah. Sedangkan yang tidak memiliki fasilitas internet di rumah, diberikan formulir isian oleh petugas kepolisian di tempat belanja.
Restoran dan seluruh kedai kopi tutup, termasuk perusahaan-perusahaan besar maupun kecil, kecuali yang lolos seleksi pemerintah mana saja yang masih harus terus beroperasi. Saat ini pabrik pembuat masker dan sarung tangan menjadi popular. Sebelumnya, pemerintah Italia tidak memandang itu sebagai suatu kebutuhan sampai Covid-19 memporak-porandakan segala perhitungan bisnis dunia.
Berkarya Layan

Kota Pinerolo tempat tinggal kami dikategorikan sebagai commune/municipality atau setara kabupaten. Berpenduduk sekitar 50 ribu orang, berjarak 50 km dari kota Turin. Sebagaimana umumnya daerah-daerah di Italia, Pinerolo merupakan kota yang cantik dan termasuk kota budaya yang memiliki bangunan-bangunan klasik berusia lebih dari seribu tahun. Kegiatan religi di gereja-gereja sangat banyak di luar misa mingguan.
Saya dan suami sangat aktif di gereja besar yang sangat terkenal di Pinerolo, namanya Duomo San Donato. Duomo atau katedral artinya gereja besar atau gereja induk. Kami membuat seminar, melatih koor kecil kami, mengorganisasi berbagai aktivitas untuk komunitas gereja.
Pada hari Minggu, 1 Maret, koor kami masih bernyanyi tanpa physical distancing. Saat itu di Italia sudah 1.577 orang positive Covid-19. Namun, sampai tanggal itu, Pinerolo masih ‘bersih’. Kasus pertama di Italia pada 21 Februari 2020.

Minggu, 8 Maret 2020, kami bernyanyi dengan physical distancing. Anggota koor tinggal sedikit yang datang. Kami pulang ke rumah masing-masing setelah ibadah. Esoknya, 9 Maret 2020, seluruh Italia lockdown. Sejak itu kami tidak boleh bertemu lagi satu sama lain. Sementara itu, karena aktivitas dan kepeduliannya, Bishop Derio Olivero dari gereja kami terkena Covid-19 dan harus dirawat intensif.
Saat ini tentu kami sangat merindukan untuk kembali beribadah dan bertemu teman-teman satu koor. Sudah menjelang satu bulan sejak pemerintah Italia menetapkan lockdown kami tidak ke gereja, tak bersua dengan teman-teman koor, tak bersua dengan keluarga, sahabat, dan siapa pun juga.
Tetap Berpengharapan
Tantangannya saat ini adalah situasi pekerjaan yang tak menentu terutama bagi pekerja freelance seperti kami. Project pendidikan musik untuk sekolah setara SMU yang tadinya telah disetujui, kini telah dibatalkan akibat Covid-19.
Perpanjangan “tinggal di rumah” oleh pemerintah belum tahu kapan akan berakhir. Selama bulan April, kami masih harus stay at home. Kami terus berusaha untuk bersemangat hari demi hari. Kami membuat video live streaming di facebook edukasi bahasa Italia atau sekadar live music. Kami membuat video lagu rohani dari rumah untuk dipublikasikan setiap hari di website gereja kami, termasuk lagu “Io Resto a Casa”. Kami kehilangan pekerjaan tahun ini, tapi kami tak mau kehilangan pengharapan. Kami harus tetap bersemangat.
Jumlah tertular covid mulai menunjukkan penurunan per hari saya menuliskan ini. Itu tanda bagus bagi kami. Walaupun untuk menuju titik nol mungkin kami harus menunggu sampai bulan Juli 2020.
Harapan kami Covid-19 ini cepat berlalu supaya kami dapat kembali beraktivitas seperti biasa. Untuk Indonesia, kiranya masyarakat semakin disiplin dan tidak menganggap remeh virus corona ini. Tetaplah menganggap bahwa kita adalah carrier sekalipun kita tidak menunjukkan gejala. Bagi yang sudah menampakkan gejala awal, segeralah self quarantine (karantina diri) di rumah. Datang ke rumah sakit hanya bagi yang sudah menunjukkan gejala parah. Faktanya di negeri Italia ini, banyak pasien positif Covid-19 yang sembuh tanpa harus dirawat di rumah sakit. Sekarang banyak petunjuk bagaimana cara sembuh sendiri dengan self quarantine. Tentu dengan komunikasi intens dengan dokter pengawas.
Demikian sedikit sharing kami tentang lagu “Tinggal di Rumah” dan corona virus disease. Kiranya kita semua bisa berhasil melalui masa-masa pencobaan ini.
Salam dari Italia,
MegaMauro