Menapak Labirin Kehidupan di Tengah Ancaman Kematian
Perayaan Paskah Nasional 2020 mengusung tema “Kebangkitan Kristus Membawa Harapan Baru”. Namun, perayaan Paskah – sebagai ungkapan syukur kebangkitan Kristus yang telah menang atas maut – kali ini berada dalam bayang-bayang ketakutan umat untuk dapat berkumpul dalam ibadah raya. Pasalnya, pandemi Coronavirus Disease (Covid-19) yang bermula dari Wuhan, Tiongkok, pada Desember 2019 lalu, kini telah menyebar di 166 negara, termasuk Indonesia. Covid-19 seolah menjadi hantu yang bergentayangan di seluruh belahan bumi. Korban meninggal dunia berjatuhan setiap hari dan berlipat dengan pesat. Bagaimana mengatasinya?
Kematian menjadi ancaman yang paling menakutkan dalam hidup manusia – entah karena sakit, perang, pelanggaran/dosa, atau lainnya. Dari masa ke masa di berbagai tempat di seluruh penjuru dunia selalu ada upaya ritual untuk mengatasi bencana dan ancaman kematian melalui korban. Begitu pula di berbagai daerah di kepulauan Nusantara. Profesor Emanuel Gerrit Singgih dalam bukunya Korban dan Pendamaian menyebutkan bahwa ritual korban merupakan upaya manusia untuk menghadapi ancaman dari kekuatan-kekuatan yang berada di luar kendalinya.
Korban, Solidaritas & Harapan
Dalam iman kristiani ada Jumat Agung, peristiwa Yesus Kristus memberikan nyawa-Nya sebagai korban yang mendamaikan manusia dengan Bapa. Kematian Sang Guru itu menyergap jiwa para murid dalam ketakutan. Lari. Sembunyi. Sunyi. Namun, pada hari ketiga Kristus bangkit! Paskah. Apocalypto, permulaan baru. Harapan baru muncul. Bagaimana memaknai pengorbanan Yesus dan apa dampaknya bagi kita? Berkaitan dengan situasi kita sekarang, pengorbanan dan harapan apa yang bisa kita berikan?
Harapan menjadi kata penting di tengah situasi yang tidak menentu, penuh dengan ancaman, seperti perang dan bencana. Adanya harapan membuat orang mampu bertahan melewati berbagai tekanan dan ancaman hidup melampaui ambang batas normal.
Merujuk pesan Pra-Paskah dari Paus Fransiskus, Paskah Yesus bukanlah peristiwa masa lalu; melainkan, melalui kuasa Roh Kudus itu selalu hadir, memungkinkan kita untuk melihat dan menyentuh dengan iman tubuh Kristus melalui mereka yang menderita. Menempatkan misteri Paskah di pusat kehidupan kita berarti merasakan belas kasihan terhadap luka-luka Kristus yang disalibkan yang hadir dalam banyak korban serangan terhadap kehidupan dalam berbagai bentuk kekerasan, termasuk kini korban pandemi Covid-19. Paus Fransiskus juga mengajak orang muda untuk menjadi pembawa pengharapan dalam pesan menyambut Hari Orang Muda Sedunia 2020.
Bercermin dari Wuhan, pemerintah Tiongkok berhasil mengatasi wabah dalam tempo sekitar dua bulan. Namun, di balik keberhasilan itu tidak sedikit sumber daya yang dipertaruhkan, termasuk nyawa para tenaga medis dan relawan yang berada di garda terdepan. Gereja di Tiongkok pun tidak tinggal diam. Kini, ancaman serupa tengah kita hadapi. Apa yang bisa kita lakukan?
Seperti Kristus yang berdiri di celah maut, gereja juga dipanggil untuk menjadi pembawa Kabar Baik, membawa harapan dan memperjuangkan kehidupan, terlebih di masa krisis. Narasi para pahlawan kesehatan dan kemanusiaan di Tiongkok dan Indonesia kiranya menjadi pembelajaran dan teladan kepedulian kita. (Gie)