Hidup yang kita jalani adalah sebuah kompetisi, dan hampir setiap orang lahir dengan kemampuan berkompetisi. Mulai dari anak-anak sampai pada orang dewasa senantiasa dikondisikan untuk berkompetisi.
Dalam keluarga antara kakak dan adik berkompetisi, bahkan cenderung dibuat berkompetisi oleh kedua orangtuanya. Sikap membanding-bandingkan kemampuan masing-masing anak akan membuat naluri berkompetisi mereka menjadi semakin tumbuh. Di sekolah para siswa juga berkompetisi. Mereka berlomba meraih nilai tertinggi dan prestasi terbaik. Apresiasi terhadap keberhasilan dalam kompetisi menguatkan mereka untuk dapat saling mengalahkan satu terhadap yang lain. Orang dewasa juga berkompetisi lewat pekerjaan dan profesi yang mereka tekuni, dengan imbalan kedudukan dan jabatan yang mereka terima.
Menang Tanpa Bertempur

Hal kedua, setiap orang juga terlahir sebagai pribadi yang lebih suka mengalahkan dan menaklukkan ketimbang mengalah. Demi untuk semua itu, masing-masing pribadi mengatur strategi peperangan untuk pemenangan pertempuran. Sun Tzu, tokoh misterius dari semenanjung Santung – yang kemudian diakui sebagai mahaguru seni berperang pernah berkata, “perang tidak selalu berkaitan dengan perkelahian”. Ia juga menyebutkan bahwa “perang adalah kegagalan”.
Sekalipun demikian, Sun Tzu juga mengatakan: “kemenangan adalah sesuatu yang sangat penting” – “tetapi bagaimana kita menang tanpa bertempur”. Bagi Sun Tzu, semua orang berkata menang di medan tempur itu baik, padahal tidak. Jendral yang memenangkan setiap pertempuran bukanlah jagoan sejati. Membuat musuh kalah tanpa bertempur itulah kuncinya. Mengalahkan lawan tanpa bertempur itulah puncak kemahiran.
Jika demikian, bagaimana caranya memenangkan pertempuran tanpa bertempur? Strategi apa yang harus kita pakai untuk hal itu? Jawabnya: pertama, buatlah diri kita menjadi pribadi yang tidak terkalahkan – pribadi yang berkualitas. Dan terus tambahkanlah kualitas itu secara konsisten dalam diri kita. Pat Rilley dalam bukunya The Winner Within mengungkapkan: “kualitas bukanlah sasaran yang tidak bergerak, kualitas adalah proses yang terus menerus di tingkatkan”. Oleh karena itu jika kita ingin memenangkan peperangan, tidak ada jalan lain selain secara ajeg meningkatkan kualitas diri kita – menambah kompetensi diri dengan sadar dan sungguh-sungguh. Buatlah orang lain berpikir untuk menghadapi diri kita bukan karena senjata peperangan (kedudukan, jabatan dan posisi kita) tetapi karena kemampuan diri kita.
Penguasaan Diri
Kedua, disiplin. Disiplin bukan hanya untuk mensukseskan tujuan, namun juga menjaga agar tidak ada superioritas yang tidak terkendali. Disiplin tidak memaksa kita untuk bekerja terus menerus, tetapi memaksa kita bekerja saat kita harus bekerja dan bersenang-senang saat waktu bersenang-senang. Artinya, disiplin adalah penguasaan diri dan penguasaan pikiran. Mengontrol dan mengendalikan diri dan pikiran kita. Budha, pernah berpesan: “Lebih baik menaklukkan diri sendiri dari pada berusaha memenangkan seribu pertempuran. Maka kemenangan adalah milik Anda”.
Ada ungkapan yang mengatakan: “beklerjalah lebih dari apa yang kita dapatkan dari bayaran kita maka kita pun akan dibayar lebih dari apa yang kita kerjakan”. Itu adalah hukum alam yang berlaku di mana pun. Dan, itu adalah kemenangan bagi setiap pelakunya.
Yang ketiga, kejelian untuk memanfaatkan kesempatan. Sesungguhnya kesempatan itu selalu tersedia bagi setiap kita – hanya saja kita kurang memanfaatkannya dengan baik. Orang Yunani – Romawi mengatakan bahwa di dunia ini ada tiga hal yang tidak dapat dikembalikan, yaitu: kata-kata yang sudah terlanjur di ucapkan, anak panah yang sudah dilepaskan dari busurnya dan kesempatan yang diabaikan.
Banyak orang tersamarkan melihat kesempatan dalam hal-hal yang tampak menyulitkan, dan kemudian mengabaikannya begitu saja sehingga tidak menghasilkan apa-apa. J. Sidlow Baxtermembedakan antara hambatan dan kesempatan demikian: “Apa perbedaan antara hambatan dan kesempatan? Perbedaaannya terletak pada sikap kita dalam memandangnya. Selalu ada kesulitan dalam setiap kesempatan dan selalu ada kesempatan dalam setiap kesulitan”. Menangkanlah kompetisi dan kalahkanlah lawan tanpa peperangan dengan memanfaatkan kesempatan dengan baik.
Secara sederhana, menjadi menang tanpa harus bertempur adalah dengan menjadi siap dalam segala kemungkinan. Jadilah kuat dalam setiap keadaan dan bijaksana menyikapi segala sesuatunya. (Imanuel Kristo)

Penulis: Imanuel Kristo
Sumber: Majalah INSPIRASI Indonesia
Rubrik ini merupakan kerja sama Majalah INSPIRASI Indonesia dengan RPK 96,3 fm Jakarta