Pandemi Covid-19 membuat banyak pemerintahan negara di dunia gagap dan kewalahan. Bukan hanya menangani masalah kesehatan. Tapi juga dampak sosial, ekonomi, psikologis, dan sebagainya. Apa yang bisa kita lakukan?
Menguji Kemanusiaan
Pada awal pandemi, berbagai upaya telah ditempuh pemerintah, namun kelangkaan masker, alkohol, dan alat pelindung diri (APD) bagi tenaga medis sungguh bikin miris. Para pekerja di sektor informal juga mulai menjerit akibat terdampak langsung. Selain soliter (menyendiri, diam di rumah) juga butuh solider (kebersamaan, kepedulian, gotong royong) untuk mengatasi bencana pandemi global ini.
Ada banyak cara yang dilakukan oleh berbagai elemen masyarakat sebagai wujud kepedulian dan menebar harapan dengan cara kreatif. Ada yang membuat hand sanitizer, face shield, masker non medis hingga alat pelindung diri (APD) untuk dibagikan ke rumah sakit, klinik, dan pihak-pihak yang membutuhkan. Menyediakan asupan untuk tenaga medis. Bekerja sama dengan warung-warung terdekat memberikan makanan bagi pengemudi ojek online (ojol), taksi, bajaj, satpam, atau pekerja lainnya. Membagikan sembako, obat-obatan, dan sebagainya. Berikut ini beberapa di antaranya.
Sinergi

Sejumlah lembaga Kristen bersinergi dalam Forum Komunikasi Lembaga Layanan Kristen untuk Penangan Covid-19. Ada Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) yang berperan memprakarsai gereja untuk pencegahan Covid-19 melalui pengalihan ibadah dan arahan teologis. Persekutuan Pelayanan Kristen untuk Kesehatan di Indonesia (PELKESI) melakukan penguatan pelayanan rumah sakit Kristen untuk penanganan Covid-19. Menghadapi pandemi Covid-19, sebagian rumah sakit anggota PELKESI sudah menjadi rujukan untuk perawatan sementara dan memerlukan sarana dan prasarana dalam menghadapi Covid-19.
Yakoma PGI melakukan penyadaran melalui media kampanye, pengorganisasian dan pelatihan relawan. YAKKUM (Yayasan Kristen Untuk Kesehatan Umum) berperan dengan penguatan layanan rumah sakit YAKKUM, advokasi, edukasi, layanan pada kelompok rentan. YAKKUM membawahi sejumlah rumah sakit swasta Kristen, di antaranya RS Bethesda (Yogyakarta), RS Panti Wilasa (Semarang), RS Panti Waluyo (Surakarta), RSK Ngesti Waluyo (Parakan).
Jaringan Kerja Lembaga Pelayanan Kristen (JKLPK) juga melakukan penguatan jaringan, advokasi, dan layanan pada kelompok rentan.
DPP GAMKI menggalang dana untuk bantuan makanan ke tenaga kesehatan dan melakukan penyemprotan disinfektan. GMKI melakukan upaya pencegahan dengan pembuatan dan penyemprotan disinfektan ke gereja-gereja, rumah ibadah, dan fasilitas publik bekerja sama dengan PGI Wilayah. PNPS GMKI menggalang dana untuk layanan kesehatan melalui Pelkesi. DPP PIKI berperan dalam advokasi, informasi, dan fasilitasi jaringan.
Berbagi Makanan
Banyak cara untuk menjaga kehidupan bersama. Ada gerakan pesan makanan lewat aplikasi ojol, lantas memberikannya untuk pengemudinya. Ada depot yang memberikan bonus makanan untuk pngemudi ojol atas setiap pesanan.
Sejumlah Gereja Kristen Indonesia (GKI) di Jakarta dan di Jawa Timur bersama Warung Gotong Royong, berbagi nasi dengan melibatkan warung di dekat gereja. Dengan praksis solidaritas ini pedagang makanan terbantu dan roda ekonomi tetap berputar. “Gereja bekerjasama dengan warung di depan gereja memberikan jatah makan gratis bagi driver online, pedagang harian, pemulung, tukang parkir, dll. Biayanya Rp13rb per porsi, sesuai kebiasaan orang makan menurut pemilik warung. Setiap orang yang mengambil jatah, mencatat dalam daftar sebagai laporan buat gereja. Jika sudah makan 2-3x, diharapkan tidak mengambil lagi, supaya lebih banyak orang yang tertolong. … Mereka dapat memahami. Pemilik warung sekarang terbantu dan senang bisa ikut berbagi di saat susah ini,” tulis salah satu pengurus.
Aksi serupa dilakukan oleh Christian Medical Rescue (CMR) Indonesia, ormas Kristen yang bergerak dalam penanggulangan kebencanaan. CMR membagikan nasi bungkus kepada kelompok marjinal di Madiun, basis pelayanannya. Aksi ini melibatkan Harmanto, S.T., Chief of Operational Division CMR Indonesia dan anggota Tim CMR Indonesia Sri Raharjo, S.H., mantan hakim Pengadilan Negeri di Ende, NTT. “CMR Indonesia berusaha melakukan sesuatu, walaupun kecil namun disertai dengan harapan yang besar. Setiap sore kami membagikan nasi bungkus kepada saudara-saudara kita yang kurang mampu. Semoga dapat membangkitkan solidaritas kebangsaan dan kemanusiaan kita bersama,” kata Pdt. Edi Zakaria selaku Presiden CMR Indonesia. Situasi sulit dapat kita lalui dengan bergandeng tangan saling menopang. Berdoa dan terus berjuang bersama. (Gie)