“Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan …”
— Nasihat St. Paul kepada mentee-nya, Timothy
Salah satu hal terpenting dari seorang pemimpin adalah keteladanan. Itulah alasan mengapa saya memasukkan keteladanan sebagai salah satu dari 5 unsur utama Bintang Servant Leader, seperti terlihat pada gambar di bawah ini:
- Hati seorang pelayan (servant’s heart): ada dorongan kuat dari hati nurani yang paling dalam untuk mengabdi secara tulus demi kebaikan organisasi dan orang lain.
- Pemimpin Tur (tour leader): ada kesadaran mendalam bahwa semuanya harus dimulai dari diri sendiri sehingga mendorong pemimpin untuk menjadi teladan.
- Mentor: ada kesadaran bahwa prestasi dan sukacita datang dari membimbing orang-orang di sekitar pemimpin.
- Pembangun hubungan (connector): ada kesadaran dan upaya nyata untuk membangun relasi erat dengan semua orang, baik pihak internal maupun eksternal.
- Pembangun Tim (team builder): ada kesadaran bahwa prestasi besar hanya bisa dicapai bersama orang lain atau melalui orang lain sehingga pemimpin membangun tim yang handal.
Sekarang mari kita fokus dulu membahas tentang keteladanan.
Saya sengaja menggunakan istilah tour leader, yang saya adaptasi dari guru saya, John C. Maxwell. Dalam realita, kita akan menemukan dua tipe pemimpin, yakni travel agent dan tour leader. Meskipun sama-sama berkaitan sangat erat dengan dunia wisata, namun memiliki perbedaan mencolok.
Jika kita mau berlibur ke suatu tempat yang baru, ada kemungkinan kita pergi ke sebuah perusahaan travel agent. Mengapa? Salah satu alasannya adalah perusahaan travel agent memiliki paket-paket wisata menarik yang dikemas sedemikian rupa sehingga waktu berwisata terpakai secara efektif. Setiap hari ada susunan jadwal acara yang rapi, mulai dari bangun jam berapa, sarapan jam berapa, tempat-tempat yang akan dikunjungi, dan seterusnya.
Biasanya travel agent akan menjelaskan dengan sabar mengenai program yang ditawarkan tersebut. Pertanyaan paling menggelitik, apakah travel agent tersebut sudah pernah mengunjungi tempat-tempat wisata yang ditawarkannya itu? Jawabannya belum tentu! Namun yang pasti, ia memiliki pengetahuan yang cukup luas tentang destinasi wisata yang ditawarkannya.
Katakanlah kita kemudian membeli Paket Wisata 3 hari ke Bali. Pada hari-H, semua peserta akan berkumpul di bandara untuk diberangkatkan. Apakah rombongan peserta berangkat sendiri? Tentu saja tidak! Setidaknya ada 1 orang tour leader yang akan menemani selama perjalanan, yaitu dari bandara keberangkatan hingga kembali.
Apa perbedaan antara travel agent dan tour leader? Tour leader tidak hanya memiliki pengetahuan cukup luas tentang destinasi wisata, namun ia pasti pernah mengunjungi tempat-tempat yang akan didatangi rombongan yang dibawanya. Ada pengalaman nyata yang dimilikinya, yang belum tentu dimiliki oleh travel agent.
Dengan kata lain, seorang tour leader berasal dari titik A lalu pergi ke titik B dan kembali ke titik A. Di titik A inilah, ia kemudian mengajak yang lain untuk bersama-sama ke titik B. Tour leader yang terlebih dahulu menjelajahi titik B lalu kemudian mengajak yang lain untuk bersama-sama menjelajahi titik B.
Teladan vs Nasihat
Menjadi tour leader adalah tindakan menjadi teladan! Mengapa keteladan penting? Riset Standford membuktikan bahwa manusia belajar lebih banyak dari apa yang dilihatnya dibandingkan apa yang didengarnya. Dengan kata lain, 89% pembelajaran datang dari mata, 10% dari telinga dan 1% indra lainnya. People do what peole see! Orang mungkin mendengar kata-kata sang pemimpin namun mereka lebih cenderung meniru kelakuannya.
Pepatah bijak mengatakan: “Satu keteladanan lebih berarti daripada 1.000 kata-kata indah”. Itu sangat benar! Sayangnya, banyak pemimpin, termasuk orangtua, yang tidak menyadari hal ini. Mereka berharap orang lain lebih mengikuti perkataaan mereka daripada perilaku mereka.
Seorang ibu dipanggil menghadap kepala sekolah. “Anak Ibu sering berbohong di sekolah,” kata Sang Kepala Sekolah. Sang Ibu pun berjanji akan mendidik anaknya lebih baik lagi. Sesampainya di rumah, Sang Ibu dengan sabar dan penuh semangat menasihati anaknya agar bersikap jujur di mana pun berada.
Selang beberapa menit kemudian, bel rumah berbunyi. Sontak Sang Ibu berkata, “Nak, kalau ada yang nyari Mama, bilang Mama lagi tidur ya!” Dari cerita sederhana ini kita bisa langsung tahu dari mana anak belajar berbohong.
Teaching & Catching
Dalam interaksi pemimpin dan pengikut, ada hal-hal yang bisa diajarkan oleh sang pemimpin (teaching), namun ada juga hal-hal yang sifatnya ditangkap langsung oleh sang pengikut (catching), tanpa perlu diajarkan. Sering kali para pemimpin mengabaikan atau tidak sadar dengan hal-hal yang sifatnya catching ini.
Teaching lebih berhubungan dengan transfer ilmu, pengetahuan dan ketrampilan. Sementara catching lebih berhubungan dengan keteladanan hidup. Selalu bersemangat dalam menjalankan tugas, tetap tenang menghadapi banyak masalah, sederhana dalam penampilan, sopan dalam bertutur kata, setia terhadap pasangan hidup adalah hal-hal yang bersifat catching daripada teaching.
John C. Maxwell tanpa ragu menegaskan bahwa ledership is visual act and visual responsibility! Kata kuncinya adalah visual alias terlihat dan berpotensi jauh lebih besar untuk ditiru. Tidak berlebihan jika ada yang mengatakan krisis kepemimpinan sesungguhnya lebih banyak terkait dengan krisis keteladanan dari para pemimpin.
Hal yang perlu disadari oleh para pemimpin adalah orang selalu memperhatikan pemimpin. Seperti anak-anak yang melihat orangtua mereka dan meniru perilaku mereka, demikian juga para pengikut selalu melihat dan meniru perilaku pemimpinnya. Jika pemimpin suka datang terlambat, begitu pula para pengikutnya. Jika pemimpin malas-malasan dalam bekerja, begitu pula para pengikutnya.
Mengajarkan hal yang benar sering kali akan jauh lebih mudah daripada melakukan hal yang benar. Seorang ayah yang perokok berat bisa saja mengajarkan anaknya tentang bahaya merokok dan risikonya bagi kesehatan tubuh (dan dompet tentunya). Namun, apakah ada jaminan anaknya tidak akan merokok?
Norman Vincent Peale menyatakan, “Nothing is more confusing than people who give good advice but set a bad example (tidak ada yang lebih membingungkan daripada orang-orang yang memberikan nasihat yang baik namun memberikan teladan yang buruk).”Senada dengan itu, John C. Maxwell menambahkan, “Nothing is more convincing than people who give good advice and set a good example (tidak ada yang lebih meyakinkan daripada orang-orang yang memberikan nasihat yang baik dan memberikan teladan yang baik).”
Menyadari pentingnya keteladanan, maka sudah seharusnyalah para pemimpin hidup dengan standar karakter yang lebih tinggi. Para pemimpin wajib mendasarkan setiap keputusan dan perilakunya berdasarkan nilai-nilai luhur (good values). Mereka harus mengubah diri sendiri terlebih dahulu sebelum berusaha mengubah orang lain. Tidak mudah memang namun pada akhirnya pemimpin akan tahu bahwa salah satu hadiah terindah yang bisa diberikannya adalah menjadi teladan hidup. Bagaimana menurut Anda? ***
Sumber: Majalah INSPIRASI Indonesia

Paulus Winarto
- Leadership Trainer & Coach, di The John Maxwell Team.
- Motivational teacher, trainer, pembicara seminar, dosen luar biasa, dan penulis sejumlah buku motivasi dan pengembangan diri best seller, seperti First Step to be An Entrepreneur, Reach Your Maximum Potential, The Power of Hope, dan Starting Your Leadership Journey.
- E-mail: pwinarto@gmail.com
- Website: www.pauluswinarto.com