Sekolah Tinggi Teologi Ekumene melaksanakan wisuda di GSKI Rehobot, Jakarta (9/10). Prosesi wisuda dipimpin secara langsung Ketua STT Ekumene Pdt. Dr. Erastus Sabdono. Dengan mengusung tema ‘Memperlengkapi Pengajar Kebenaran Di Era 4.0’, Pdt. Erastus berharap agar wisudawan dapat menjadi agen perubahan di tengah kehidupan berjemaat.
Pada kesempatan tersebut, Dr. Rully M. Simorangkir , S.H., M.Th menyampaikan orasi ilmiah sesuai dengan tema tersebut. Dr. Rully tidak menampik bahwa perkembangan teknologi informasi membentuk pola hidup yang semakin opurtunis, egoistis, dan lemah dalam etika. Menurutnya, dibutuhkan pengajaran-pengajaran kebenaran. “Kebenaran pengajaran hendaknya memiliki arah hidup yang jelas, yaitu menghendaki supaya mereka menjadi ideal man. Orang-orang yang memberi upaya sungguh-sungguh unutk menjadi manusia sempurna.”
Dr. Rully mengingatkan, bahwa sebagai pribadi yang berpendidikan, lulusan teologi tidak hanya sekedar mengajar mengenai teori. Penting untuk menjadi contoh. “Kareman melalui contoh, orang yang tidak seiman pun bisa menerima pengajaran kebenaran firman Tuhan,” tegasnya.
Dirjen Bimas Kristen Kementerian Agama RI Prof. Dr. Thomas Pentury M.Si, dalam sambutannya menegaskan kembali pentingnya peran lulusan STT untuk terus memahami teks melalui proses sintesis. “Lembaga tinggi keagamaan memiliki tugas ujian untuk terus melakukan pengkajian agar dapat mengalami proses perjumpaan. Dengan menggunakan metode kontemplasi, saya meyakini bahwa proses sintesis yang akan dilakukan lulusan STT Ekumene akan berdampak baik bagi pertumbuhan jemaat.”
Dirjen juga turut mengapresiasi STT Ekumene yang terus melakukan berbagai pembenahan. Sejak pengelolaan STT Ekumene diambil alih Pdt. Erastus Sabdono tahun lalu, STT Ekumene terus melakukan akselerasi transformasi untuk membentuk dirinya. “STT Ekumene telah melakukan proses akademik sesuai dengan standar yang sudah terapkan baik di Ditjen Bimas Kristen maupun Dikti. Proses transformasi ini sebagai bentuk tanggung jawab lembaga pendidikan untuk membentuk lulusan yang mampu memenuhi kebutuhan jemaat.”Pdt. Erastus Sabdono yang juga menjabat sebagai Ketua STT Ekumene tidak menyangkal fakta empris, kurangnya peran lulusan STT dalam pergumulan yang dihadapi gerakan dan bangsa. Dalam konteks kehidupan bergereja, banyak pengajaran yang tidak sesuai dengan kebenaran Injil. Pdt. Erastus mengutip Firman Tuhan : Karena akan datang waktunya, orang tidak lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehenedaknya untuk memuaskan keinginan telinganya (2 Tim 4:3).
Kepada lulusan STT Ekumene, Pdt. Erastus mengingatkan kembali bahwa STT tidak hanya hendak menambah jumlah lulusannya, “STT ada sebagai berupaya bersama gereja memberi pendidikan kepada jemaat untuk bisa mengenalkan kehidupan Yesus. Ini menjadi tugas-tugas untuk mencapai kualitas perguruan tinggi dengan Tri Dharma-nya, pribadi Kristus harus menjadi panglima utama isi pendidikan Kristen.”
Pada kesempatan ini STT Ekumene mewisuda 5 sarjana Pendidikan Agama Kristen dan 48 magister PAK. 22 doktor Teologi. (Gro)