Film Bolehkah Sekali Saja Kumenangis: Prilly & Dikta Ajak Penonton Mengurai Trauma dan Berpulih

Film Bolehkah Sekali Saja Kumenangis: Prilly & Dikta Ajak Penonton Mengurai Trauma dan Berpulih

INSPIRASI-ID, Jakarta — Masalah kesehatan mental kian merasuk generasi zaman now. Kompleksitas masalah yang dihadapi membuat jiwa yang rapuh makin rentan. Seperti yang dialami Prilly Latuconsina dalam film drama terbarunya, Bolehkah Sekali Saja Kumenangis: “Capek, namun harus tetap kuat dan bertahan!” Bagaimana caranya?

Film besutan sutradarai Reka Wijaya, Bolehkah Sekali Saja Kumenangis persembahan Sinemaku Pictures ini menuturkan kisah Tari (Prilly Latuconsina). Setelah kakaknya meninggalkan rumah, Tari berjuang sendirian untuk menyelamatkan Ibunya (Dominique Sanda) dari Ayahnya (Surya Saputra) yang abusive. Tari yang sejak kecil menyimpan banyak sekali trauma, sudah tidak mampu menahan beban ini. Ditemani Baskara (Dikta Wicaksono), seorang pria temperamental yang juga bergabung di support group yang sama. Mampukah Tari melewati Trauma yang ia punya dan tidak lagi menyimpan tangisnya sendiri?

Bersama Baskara (diperankan Dikta Wicaksono), Tari mengolah perasaan dan emosinya yang selama ini selalu dipendamnya sendiri, berusaha melepaskan beban masa lalu. Film ini juga dibintangi oleh Widi Mulia (sebagai Nina), konselor di support group, Ummi Quary (Ica), Kristo Immanuel (Agoy), Gracia JKT48 (Sarah), dan Antonio Blanco (Dimas).

Mengurai Trauma

Ide cerita film Bolehkah Sekali Saja Kumenangis dikembangkan oleh Umay Shahab, Prilly Latuconsina, dan Junisya Aurelita. Sementara skenario ditulis oleh Junisya Aurelita. Ini mengajak penonton untuk merenung lebih dalam tentang emosi, khususnya kesedihan, yang sering kali kita pendam. Melalui kisah Tari, perempuan yang terbebani oleh trauma masa kecil dan masih ada hingga ia dewasa, film ini menyoroti pentingnya mengakui dan mengungkapkan perasaan sebagai langkah awal menuju penyembuhan.

Film Bolehkah Sekali Saja Kumenangis juga telah menjadi gerakan lewat kehadiran event sebelumnya, “Bolehkah Sekali Saja Kita Menangis” yang mengajak ribuan orang untuk mengolah rasa bersama, difasilitasi oleh konselor profesional. Selain itu, eksperimen sosial yang menghadirkan para pemeran film untuk membagikan perasaan-perasaan terpendam mereka selama ini dan belum pernah terungkap sebelumnya. Eksperimen tersebut, secara mengejutkan juga menjadi wadah bagi para warganet untuk saling mencurahkan emosi yang mereka alami.

Umay Shahab menegaskan, alih-alih mengglorifikasi kesedihan, film ini ingin menjadi platform penguat bagi individu yang masih harus berjuang dengan segala lapisan emosi mereka. “Kami ingin film ini menjadi teman bagi siapa saja yang sedang berjuang dengan emosi mereka. Kami berharap penonton bisa menemukan kekuatan dalam diri mereka sendiri setelah menonton film ini,” ujarnya.

Perjalanan Emosional

Film ini memperlihatkan suasana yang berat dan penuh tekanan. Tari, karakter utama, hidup dalam lingkungan yang penuh dengan ketegangan dan ketidakharmonisan. Penonton akan merasakan kegelisahan dan kesedihan yang mendalam saat menyaksikan perjuangan Tari untuk bertahan di tengah situasi yang sulit.

Seiring berjalannya alur film, penonton akan mulai merasakan perubahan dalam diri Tari. Ia mulai belajar untuk mengungkapkan perasaannya, mencari dukungan dari orang-orang terdekatnya, dan berusaha untuk sembuh dari trauma masa lalunya. Perjalanan emosional ini akan membuat penonton terbawa dan ikut merasakan perjuangan Tari.

Salah satu momen yang paling kuat dalam film ini adalah ketika Tari akhirnya menangis. Adegan ini sangat emosional dan mampu membuat penonton ikut menangis. Menangis adalah bentuk pelepasan emosi yang sehat, dan film ini mengajak penonton agar tidak takut untuk menangis dan mengungkapkan perasaan mereka. “Kami ingin film ini menjadi ruang yang aman bagi penonton untuk merasakan berbagai emosi. Melalui cerita Tari, kami ingin menunjukkan bahwa setiap orang berhak untuk sembuh luka hatinya dan bahagia,” kata Sutradara Reka Wijaya.

Pemulihan Luka Batin

Film Bolehkah Sekali Saja Kumenangis ini menghadirkan harapan dan menyoroti proses pemulihan luka batin dan emosional. Melalui kisah Tari, film ini ingin menunjukkan setiap orang berhak untuk sembuh dan bahagia. Film ini juga ingin mengajak penonton untuk lebih terbuka dengan emosi mereka dan tidak takut untuk mencari bantuan jika mereka membutuhkannya.

Prilly Latuconsina selaku produser eksekutif, pengembang ide cerita, dan pemeran Tari mengajak penonton untuk berani mengungkapkan bahkan meluapkan perasaan dengan menangis. “Melalui Tari, saya berharap penonton bisa merasakan betapa pentingnya untuk tidak memendam perasaan. Menangis itu bukan tanda lemah, tapi bukti bahwa kita manusia,” tandasnya.

“Melalui Baskara, saya juga ingin menunjukkan kita semua membutuhkan dukungan dari orang-orang terdekat saat menghadapi kesulitan,” tambah Dikta Wicaksono, pemeran Baskara.

Film “Bolehkah Sekali Saja Kumenangis” tayang di bioskop nasional mulai 17 Oktober 2024. Berani terima tantangan menangis bersama, sekali saja bersama Tari dan Baskara? (Gie)

Join the discussion

Instagram has returned empty data. Please authorize your Instagram account in the plugin settings .

Menu

Instagram

Instagram has returned empty data. Please authorize your Instagram account in the plugin settings .

Please note

This is a widgetized sidebar area and you can place any widget here, as you would with the classic WordPress sidebar.

pafipayakumbuhkab.orgslot danaslot dana